Implementasi Sistem Informasi – SDLC (System Development Life Cycle)
February 25th, 2010 • Related • Filed Under
Filed Under: Umum
Tags: http://artcultureandhungry.blogspot.com/2010/02/implementasi-sistem-informasi-sdlc_1908.html
PENGEMBANGAN SISTEM JASA KONSULTASI BOTANI ONLINE
(Dengan Menggunakan Pendekatan System Development
Life Cycle (SDLC))
Apa itu SDLC?
SDLC didefnisikan oleh Departemen Kehakiman AS sebagai sebuah proses pengembangan software yang digunakan oleh systems analyst, untuk mengembangkan sebuah sistem informasi. SDLC mencakup kebutuhan (requirement), validasi, pelatihan, kepemilikan (user ownership) sebuah sistem informasi yang diperoleh melalui investigasi, analisis, desain, implementasi, dan perawatan software.Software yang dikembangkan berdasarkan SDLC akan meng hasilkan sistem dengan kualitas yang tinggi, memenuhi harapan penggunanya, tepat dalam waktu dan biaya, bekerja dengan efektif dan efsien dalam infrastruktur teknologi informasi yang ada atau yang direncanakan, serta murah dalam perawatan dan pengembangan lebih lanjut. SDLC merupakan pen dekatan sistematis untuk memecah kan masalah yang terdiri dari beberapa tahapan. Tiap-tiap tahapan dapat terdiri dari beberapa langkah berikut: 1. Konsep software ñ mengidentifkasi dan mendefinisikan kebutuhan akan sebuah sistem baru. 2. Analisis kebutuhan ñ menganalisis kebutuhan informasi dari pengguna .akhir sebuah system 3. Desain arsitektural ñ membuat blueprint desain berdasarkan spesifikasi utama, seperti hardware, software, pengguna, dan sumber data. 4. Coding dan debugging ñ membuat dan memprogram sistem. 5. Pengujian sistem ñ mengevaluasi fungsionalitas sistem aktual, dalam hubungannya dengan fungsionalitas yang diharapkan. Langkah-langkah dalam SDLC Tidak ada langkah baku dalam SDLC, tapi ketujuh langkah di bawah merupakan life cycle yang paling sering digunakan oleh para software developer profesional. 1. Studi kelayakan.Dilakukan oleh software developer dengan mempelajari konsep sistem yang diinginkan oleh pihak manajemen, apakah sistem baru tersebut realistis dalam masalah pembiayaan, waktu, serta perbedaan dengan sistem yang ada sekarang. Biasanya, dalam tahap ini diputuskan untuk meng-update sistem yang ada, atau menggantinya dengan yang baru. 2. Analisis. Pengguna dan software deve loper bekerja sama mengumpulkan, mempelajari, dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan bisnis. 3. Desain. Pada langkah ini dilakukan pembuatan blueprint sistem. Di dalamnya termasuk penyesuaian dengan arsitektur telekomunikasi, hardware, dan software untuk pengembangan lebih lanjut, serta membuat model sistem ñ menciptakan model graphical user interface (GUI), database, dan lain-lain. 4. Pengembangan. Di sini, barulah para programmer melakukan coding untuk menerapkan desain ke dalam sistem yang sesungguhnya, membuat program,dan menyiapkan database. 5. Pengujian. Setelah sistem berhasil dikembangkan, langkah selanjutnya adalah pengujian untuk melihat apakah sistem telah sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna. Dalam tahap ini, juga dilakukan debugging dan penyesuaian-penyesuaian akhir. 6. Implementasi. Pada tahap ini, software yang telah diuji siap diimplementasikan ke dalam sistem pengguna. Pembuatan user guide dan pelatihan juga dilakukan dalam tahap ini. 7. Perawatan. Perawatan dimaksudkan agar sistem yang telah diimplemantasikan dapat me ngikuti perkembangan dan perubahan apapun, yang terjadi guna meraih tujuan penggunaannya. Help desk untuk membantu pengguna, serta perubahan yang dianggap penting dapat dilakukan terhadap sistem dalam tahap ini.Jika memperhatikan langkah-langkah di atas, coding dan debugging yang selama ini menjadi pekerjaan utama software developer, hanyalah dua dari tujuh tahapan dalam SDLC. Di luar kedua langkah tersebut, SDLC lebih banyak berkutat pada urusan manajemen (non-teknis), yang mungkin kurang mendapat perhatian dari pada software deve loper.
ABSTRAK
Salah satu misi dari Kebun Raya Bogor adalah menyediakan
informasi yang relevan dan bermanfaat untuk seluruh lapisan
masyarakat seperti turis, peneliti, ilmuwan, mahasiswa, dosen,
praktisi, pebisnis, dan masyarakat umum. Artikel ini menjelaskan
pengembangan sistem jasa konsultasi online pada Kebun
Raya Bogor. Sistem didesain untuk memenuhi kebutuhan
fungsional dan mengeksplorasi sumber daya informasi yang
dimiliki lembaga termasuk untuk pengembangan pengetahuan
dalam bentuk artikel, buku, jurnal, majalah, dan makalah
ilmiah. Selain jasa perpustakaan, sistem juga menyediakan
konsultasi online langsung dengan para ahlinya. Prototipesistem telah diimplementasikan dan sebagian sudah dapatdiaplikasikan. Sistem direkomendasikan untuk diimplementasikansecara penuh dengan dukungan infrastruktur yang memadai, disertai perangkat kebijakan dan aturan yang jelas
.PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
yang makin cepat berdampak nyata pada perubahan
sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam
pencarian informasi. Kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi merupakan tuntutan kebutuhan dankepuasan pengguna. Hal ini terlihat dari intensitas pengguna informasi dalam melakukan penelusuran lewat komputer, baik melalui jalur online maupun offline,sehingga pemanfaatan informasi dari sumber-sumber manual seperti katalog tercetak, bibliografi, indeks, dan buku cenderung menurun (Maksum dan Darmawiredja 2007).Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi
harus berjalan seiring dengan pesatnya kemajuanTIK serta kebutuhan informasi pengguna. Kecepatan
perkembangan pengetahuan harus mendapat reaksi yang cepat dan tepat dari perpustakaan sebagai organisasi pembelajaran, sehingga kedudukan perpustakaan menjadi sangat strategis. Kemajuan teknologi informasi(TI) menjanjikan kemudahan dalam manajemen pengetahuan
atau informasi, terutama bagi lembaga pengelola informasi. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia dan penyimpan informasi dan pengetahuan (information provider dan knowledge repository) harus dapat mengimbangi bahkan mengantisipasinya. Bila sebelumnya fungsi perpustakaan lebih terfokus pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik, seperti dokumen tercetak,pada era TI perpustakaan dituntut untuk mampu menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk terekam yang dioperasikan secara elektronis yang sarat dengan pengetahuan tidak terstruktur (Rufaidah 2007).Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan TI yang makin pesat serta tuntutan sistem layanan informasi modern yang makin kuat, Perpustakaan Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai unit pelaksana
pengelola informasi KRB perlu menjawab tantangan tersebut untuk mendukung visi dan misi lembaga induknya. Seminar (2004) mengemukakan bahwa perpustakaan perlu menjawab tantangan global yang bertumpu pada keunggulan manajemen dan layanan modern untuk mendukung visi, misi, dan program pembangunan. Visi KRB yaitu menjadi kebun raya terbaik kelas dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan, dan pariwisata. Misi KRB yaitu melestarikan, mendayagunakan, dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi, serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya, tumbuhan, dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutanuntuk kesejahteraan masyarakat.
Kebun Raya Bogor merupakan institusi konservasi ex situ tertua di Indonesia, berdiri sejak 18 Mei 1817.
KRB memiliki nilai sejarah tinggi sebagai tonggak dalam perkembangan institusi dan penelitian pertanian di Indonesia, dan merupakan pilar utama bagi usahapenyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Selain memberikan kesejukan dengan lahannya seluas87 ha, KRB juga memiliki aset berharga, antara lain: (1) koleksi aneka tumbuhan yang mencapai 3.413 spesies,1.261 genera, dan 223 famili; (2) pangkalan data koleksi tumbuhan sebanyak 14.225 spesimen; (3) pangkalandata karya tulis peneliti kebun raya berikut abstraknya tahun 1973-2005 sebanyak 1.211 artikel, (4) pangkalan
data koleksi buku yang meliputi 1.159 judul; (5) pangkalan data koleksi artikel sebanyak 3.047 artikel; (6)koleksi buku tua (antikuariat) dalam bidang botani dan perkebunrayaan yang berumur lebih dari 100 tahun sebanyak 22 judul; (7) dokumentasi foto dan CD lebih dari 100 judul; (8) sumber daya manusia berjumlah 354 orang, meliputi 43 orang peneliti (staf ahli), 311 orang tenaga fungsional lainnya serta tenaga administrasi; dan (9) laboratorium kultur jaringan yang cukup representatif
dan gedung exhibition anggrek yang bertaraf internasional.Potensi besar yang dimiliki KRB belum tersebarsecara luas karena sarana TI yang dimiliki belum dimanfaatkan
secara optimal. Walaupun saat ini KRB telah
memiliki situs sendiri, kandungan informasi (content)
dan fitur yang ditampilkan dalam situs sangat terbatas,hanya informasi umum mengenai KRB, belum menampilkan kekayaan atau sumber daya yang dimiliki. Selain itu,
walaupun telah ada fasilitas “kontak” bagi pengguna
atau masyarakat yang ingin mengetahui sumber dayaKRB dengan bertanya langsung, pengelolaannya belum terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara khusus Perpustakaan KRB sebagai lembaga yang bertugasmenyimpan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi,
serta sebagai mitra peneliti berkepentingan untuk dapat
memberdayakan sumber pengetahuan yang dimiliki (knowledge resources) dengan menggali potensi yang
dimiliki, baik berupa materi tertulis (pengetahuan eksplisit)
maupun keahlian dan pengalaman para ilmuan(pengetahuan implisit). Untuk mempercepat dan memperlancar kegiatan tersebut diperlukan suatu sistem
informasi berbasis TIK. Dalam hal ini, perpustakaan
perlu membangun suatu sistem jasa konsultasi dengan
memanfaatkan internet yang memungkinkan pengguna
memperoleh informasi secara cepat dan akurat, serta fasilitas web yang memungkinkan informasi yang
dimiliki dapat diakses banyak orang dan dalam cakupan
geografi yang luas. Dengan demikian, pertukaran
pengetahuan dapat berjalan dengan cepat dan kinerja
institusi pun akan meningkat.
Teknologi Informasi sebagai Media Komunikasi dan Jasa
Dalam beberapa dekade terakhir, TI telah mengalami
perkembangan yang pesat sehingga memungkinkan
pengguna memperoleh segala bentuk informasi dengan
cepat dan akurat. Perkembangan TI mampu menyambungkan hampir semua komputer yang ada di dunia sehingga dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi.Perkembangan TI juga menyebabkan perubahan peran sistem TI itu sendiri dalam membantu operasi organisasi sehingga lebih efisien dan berperan dalam memenangkan kompetisi. Implementasi internet, electronic commerce,electronic data interchange, virtual office, telemedicine,intranet dan sebagainya telah menerobosbatas-batas fisik antarnegara. Dalam dunia perpustakaan,informasi, dan dokumentasi (pusdokinfo), TI didefinisikan
sebagai teknologi yang dibutuhkan untuk mengolah informasi. Secara khusus, komputer dan programdigunakan untuk mengkonversi, menyimpan, mengamankan,memproses, mengirimkan, dan menerima data,informasi, dan pengetahuan dari mana pun dan kapan pun.Penggabungan antara teknologi komputer dantelekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi dalamsistem informasi. Pengiriman data atau informasi yangpada zaman dahulu memakan waktu berhari-hari, kini
dapat dilakukan dalam hitungan detik (Indrajit 2002).
Perpustakaan Digital
Fenomena perpustakaan digital yang merebak di penghujung
tahun 1990 di Amerika Serikat dan Eropa Barat
merupakan pemicu semangat dan kegiatan penerapan TI
di bidang pusdokinfo pada berbagai belahan dunia.
Kemajuan pesat dalam TIK menimbulkan peluang sekaligus tantangan bagi berbagai pihak untuk menciptakaninstitusi penghimpun, pengelola, dan penyedia
informasi yang makin luas cakupannya dan makin beragam jenis jasanya. Saat ini perpustakaan digital
sebagai konsep dan aplikasi telah menjadi bagian yangtidak terpisahkan dari internet dan web (Pendit 2008).Konsep dan aplikasi perpustakaan digital mengandung
upaya perubahan, baik yang mendasar maupunyang sederhana. Perubahan digital bukan hanya merujuk
ke perubahan teknologi atau perubahan teknis,melainkan juga perubahan cara berpikir, pergeseran
paradigma, perubahan tingkah laku, dan penataan kembali
tata nilai. Perpustakaan digital memiliki ciri sebagai
berikut: (1) bukan merupakan entitas tunggal, (2) membutuhkan
teknologi yang dapat menghubungkan berbagai
sumber daya, (3) memungkinkan pengguna melihat
perpustakaan digital dan jasa informasi yang diberikan
sebagai satu kesatuan yang transparan, (4) bertujuan
menyediakan akses universal, dan (5) tidak dibatasipada wakil dokumen (document surrogates), tetapi juga berbagai bentuk digital yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk tercetak.
Perpustakaan digital mendukung kolaborasi dan
komunikasi formal dan informal, seperti halnya kolaborasi
peneliti dan staf perpustakaan KRB dalam memberikanjasa konsultasi botani online kepada masyarakat
luas. Bahkan Marchionini dan Maurer (1995) menyatakan bahwa perpustakaan digital memungkinkan
masyarakat ilmiah untuk berbagi sumber daya, waktu,energi, dan pengalaman bagi keuntungan bersama. Dimasa depan, perpustakaan digital akan menjadi sarana
berbagi sumber daya yang merupakan faktor penting
untuk mendukung pengajaran yang meliputi kemampuan
untuk berbagi data dan kumpulan data. Perpustakaan digital harus menawarkan kesempatan yang lebih besarbagi pengguna untuk menyimpan informasi. Sebagai
perpustakaan khusus bidang ilmu botani dan perkebunrayaan,
perpustakaan KRB perlu mendukung kegiatan
lembaga induknya dengan memanfaatkan TI untuk menyebar luaskan informasi.
Tipe-Tipe Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengetahuan implisit dan pengetahuan eksplisit Pengetahuan implisit merupakan pengetahuan yang
berada dalam pikiran manusia, yang biasa diserap orang
lain melalui kolaborasi dan sharing (Nasseri 1996).
Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang terdokumentasi
dalam berbagai bentuk, seperti laporan
penelitian, buku, artikel, makalah, paten, dan software,
atau dengan kata lain merupakan pengetahuan yang
sudah dapat dikemukakan dalam bentuk data, formula,
spesifikasi produk, manual, prinsip-prinsip umum, dan
sebagainya. Kedua tipe pengetahuan tersebut tidak dapat
dipisahkan dari pengetahuan individu dan pengetahuan
organisasi, bahkan saling berinteraksi satu sama lain.Kinerja bisnis lebih merupakan hasil dari perpaduan
antara pengetahuan implisit dan eksplisit individu dan
organisasi yang menjalankan suatu perusahaan.
Penerapan manajemen pengetahuan ke dalam
sistem perpustakaan dilakukan sebagai upaya meningkatkan
fungsi dan peran sistem perpustakaan menuju
virtual research center guna meningkatkan nilai tambah
informasi. Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis
untuk memfasilitasi proses penciptaan pengetahuanserta cara memperoleh, mengelola, dan menyebarkannya
dalam lingkungan technology base (Dewiyana
2004). Manajemen pengetahuan dari pakar, dalam
hal ini pengetahuan implisit dari para peneliti KRB,
sangat berperan dalam pengembangan sistem jasa
konsultasi online.Kekayaan pengetahuan yang dimiliki KRB perlu
diinformasikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Untuk menyebarkan informasi tentang kekayaan pengetahuan
tersebut, perpustakaan KRB berupaya membangun
suatu sistem jasa konsultasi botani onlinedengan memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung,
dan fasilitas web yang memungkinkan informasi
dapat diakses banyak orang dan dalam cakupan geografi
yang luas. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun
sistem jasa konsultasi botani online dengan menggunakan
media komunikasi berbasis web.
METODE
Jasa konsultasi botani online yang akan diberikan kepada
pengguna berupa informasi yang telah dikemas dalam
bentuk yang sesuai dengan permintaan pengguna.
Kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari menyeleksi
informasi dari berbagai sumber, mendata informasi yang
relevan, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna dengan dilengkapi jawaban dari
para peneliti pakar KRB dalam bentuk informasi elektronis
Perpustakaan selain bertugas sebagai fasilitatoruntuk menghubungkan para ahli di lingkungan KRB dan
pengguna yang membutuhkannya, juga bertugas mengumpulkan
informasi yang relevan dari berbagai sumber,
mengirimkan jawaban dalam bentuk informasi elektronis
ke alamat e-mail pengguna atau melalui pos ke alamat
tinggal mereka. Diharapkan dengan terbentuknya sistem
ini, penyebarluasan informasi lebih efisien, mudah dan
cepat, sehingga dapat meningkatkan layanan perpustakaan
dan kinerja lembaga KRB.Beberapa tahapan pembangunan botani online
adalah persiapan dengan mengumpulkan materi untuk
pembuatan proposal, dilanjutkan dengan pengumpulan
data melalui studi literatur dan wawancara dengan para
peneliti. Setelah proposal disetujui, dilanjutkan dengan
diagnosis masalah dan penentuan tujuan, melakukan
perbandingan perkembangan web jasa konsultasi, dan pengumpulan data. Proses selanjutnya adalah pengembangan jasa konsultasi dengan membuat prototipe dan mengujinya, dilanjutkan dengan penyusunan laporan dan dokumentasi.Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
sistem informasi botani online adalah System Development Life Cycle (SDLC)yang sudah dimodifikasi. Fasefase pada SDLC terdiri atas fase investigasi, analisissistem, desain sistem, dan implementasi sistem dengan tahapan disajikan pada Gambar 1.
a. Investigasi sistem, bertujuan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman tentang permasalahan dan peluang yang dihadapi dalam pengembangan sistem jasa konsultasi botani online, yang hasilnya dituangkan dalam suatu kerangka kelayakan sistem (feasibility study). Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap seluruh proses perencanaan dalam pengembangan sistem, meliputi aspek organisasi (fungsi dan komponen struktur hierarki organisasi), aspek operasional, yang berkaitan dengan prosedur, kewenangan, dan pengawasan kegiatan, aspek teknis, berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia, serta aspek ekonomis dalam kaitannya dengan kelayakan biaya dan untung-rugi sistem informasi yang dikembangkan.
b. Analisis sistem, bertujuan untuk memperoleh data tentang kebutuhan dan keinginan pengguna serta batasan kriteria sistem yang akan dibuat. Kemampuan sistem yang akan dibangun untuk mempertemukan kebutuhan pengguna dengan fungsi operasional sistem yang akan dikembangkan diketahui dengan melakukan identifikasi kebutuhan dan fungsional sistem.
c. Desain sistem, merupakan perancangan sistem secara logis maupun fisik yang hasilnya disusun dalam suatu spesifikasi sistem berdasarkan kebutuhan informasi pada tahap analisis sistem informasi. Aspek penting dalam tahap ini meliputi sumber masukan, desain proses, keluaran, kontrol manajemen data, manajemen dialog dan dasar pengetahuan. Hal yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak, serta infrastruktur jaringan komunikasi.
d. Implementasi sistem. Pada tahapan ini dilakukan pengembangan prototipe sampai tahap interaksi sistem dengan pengguna informasi. Untuk memudahkan pengguna memanfaatkan sistem yang telah dirancang dengan SDLC akan disediakan antarmuka (interface) berbasis web sehingga pengguna dapat memanfaatkannya secara online.
KESIMPULAN DAN SARAN
Prototipe sistem jasa konsultasi Botani Online telah dibangun untuk mengeksplorasi sumber daya informasi yang dimiliki KRB, baik yang berbentuk pengetahuan eksplisit maupun implisit. Sistem dibangun dengan fiturfitur sebagai berikut: (1) menu home, sebagai navigasi pengguna untuk pindah ke halaman utama; (2) menu profil perpustakaan, memuat informasi mengenai sejarah perpustakaan KRB, visi dan misi perpustakaan KRB, layanan perpustakaan, tata tertib perpustakaan, (3) menu kontak, berisi informasi alamat perpustakaan KRB; dan (4) menu peneliti, berisi informasi bidang penelitian, kegiatan
yang sedang dilakukan, serta publikasi ilmiah dan populer yang dihasilkan. Submenu berisi login member, link ke situs yang lain, polling, kalender, dan fasilitas cari. Layanan konsultasi tersedia dalam tiga paket, yaitu informasi ekologi dan konservasi, hortikultura, dan
taksonomi. Dalam layanan konsultasi ini pengguna akan mendapatkan jawaban berbentuk informasi elektronis dari para peneliti dan atau pustakawan dalam bentuk artikel lengkap, katalog buku online yang relevan beserta daftar isinya. Jawaban lengkap akan dikirim kepada alamat e-mail pengguna. Penggunaan fasilitas web dan internet memungkinkan informasi dapat diakses banyak orang dan dalam cakupan geografi yang luas. Prototipe sistem jasa konsultasi Botani Online perlu disempurnakan dengan memanfaatkan dokumen multimedia seperti video, animasi/film, suara, selain gambar dan teks. Juga media video conference yang memungkinkan pertemuan pengguna dan peneliti secara virtual dan real time, sehingga layanan perpustakaan lebih menarik, interaktif, dan mudah dipahami. Untuk implementasi prototipe secara penuh, dibutuhkan dukungan infrastruktur serta kebijakan dan aturan yang jelas.
(sumber: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/pp172084.pdf)